Translate

Senin, 14 Juli 2014

Menuntaskan rindu dengan Merapi



Suatu pagi di akhir bulan april 2014, hulu kali Boyong sebelah selatan Merapi terlihat kesibukan. Truk hilir mudik masuk dan keluar sungai untuk mengangkut pasir.Beberapa warga terlihat menikmati aktivitas ini.

Merapi terlihat anteng dan gagah. Secuil awan bergelantung di langit dan menambah keindahan merapi pagi itu yang nampak biru. Dari hulu kali Boyong ini, nampak Merapi hanya selemparan batu jauhnya.

Sementara itu jembatan gantung terbentang diatas kali Boyong menambah indahnya suasana pagi itu.
Inilah keindahan dan bersahabatnya Merapi dengan warga.

Tahun 2014 tepat siklus empat tahunan letusan Merapi. Pada akhir  april 2014, BPPTKG mengeluarkan pengumuman status Merapi menjadi 
Waspada karena terdengar dentuman beberapa kali dari 
Merapi.

 Ingatan saya kembali ketahun 2010 saat terjadi erupsi. Merapi berubah menjadi galak. Awan panas meluluhlantakkan desa-desa di lereng Merapi dan ratusan nyawa melayang.

Perasaaan sedih juga ketakutan kembali mengaduk emosi disamping perasaan rindu akan keindahan Merapi di segenap penjurunya.

Untuk menuntaskan rindu, saya menghampiri Merapi searah jarum jam , searah 180 derajat dimulai dari selatan Merapi, yaitu hulu kali Boyong, seperti yang saya ceritakan diawal tulisan. Kemudian mampir ke pos pengamatan Merapi di Kaliurang. Dari Kaliurang, saya bergeser ke arah barat di pos Babadan di Magelang. Lanjut ke barat laut, tepatnya di desa Wonolelo, Sawangan, Magelang. dan terakhir disisi utara Merapi, di Selo, Boyolali.

Pos Merapi di Kaliurang, inilah pos yang berada di sisi selatan gunung. Pos ini berjarak tujuh kilometer dari puncak Merapi.Menara pandang terlihat di depan kantor. Alat seismograf atau alat pantau kegempaan juga tedapat di pos ini. Terdapat layar monitor yang terhubung dengan CCTV yang dipasang di lereng Merapi. Saat Merapi berlebihan aktivitas akan terlihat penggelembungan di tubuh Merapi. Nah, kondisi ini terpantau di CCTV.Ternyata Merapi juga bisa gendut ya..


Dari Kaliurang, saya bergeser ke arah barat Merapi, tepatnya arah menuju Ketep Pass. Sebelum sampai di Ketep Pass belok kanan melewati jembatan Tlatar kemudian mendaki menuju desa Babadan.
Hal sama juga terlihat di pos Babadan. berbagai peralatan pemantauan terpasang di pos ini. Dan bekerja selama 24 jam. Di pos ini terdapat bunker, tempat menyelamatkan diri dari awan panas. Pos ini berjarak 4,4 kliometer dari puncak Merapi. Pada erupsi tahun 2010, pos ini ditinggalkan dengan alasan keselamatan. Merapi terlihat cantik disini. Asap solfatara tipis keluar dari kawah. Hutan pinus mengitari gunung ini.


 

Selanjutnya, saya meninggalkan pos Babadan menuju desa Wonolelo, Sawangan, Magelang. Posisi desa ini setelah Ketep Pass ke arah Selo, kurang lebih berjarak 5 kilometer dari tempat wisata Ketep Pass. Desa ini berada di sisi barat laut Merapi. Merapi nampak dikitari hamparan kebun sayur plus pemukiman penduduk yang terkonsentrasi di satu titik. Udara yang bersih dan segar di area ini. Sungai Pabelan yang berhulu di gunung Merbabu membelah desa ini, mengalirkan air bersih dan menjelma menjadi air terjun Kedung Kayang yang cantik. Dan Merapi menjadi latarnya.


Saatnya menuju Selo, Boyolali. Desa ini berada di sisi utara Merapi. Jalan aspal yang tidak lebar dengan medan menanjak sungguh seru untuk dijajaki. Kebun sayur beserta kesibukan petani yang menggarap kebun juga riuhnya canda mereka diatas mobil bak terbuka sungguh pemandangan yang menyenangkan.

Tak kalah indahnya Merapi dan Merbabu yang menjadi latar area ini. Dan udara yang segar, pas banget buat menyegarkan rongga dada kita. Jalur ini dinamakan jalur SOSEBO atau jalur Solo- Selo - Borobudur. Jalur alternatif cantik jika kita akan menuju Borobudur dari Solo. Merapi terlihat gagah, jalur kawah berpasir dan terlihat bak parit raksasa. Mata ini tak henti-hentinya menjelajah keindahan Merapi.



Sementara puluhan anak muda sedang menikmati keindahan Merapi di jembatan gantung. Mereka saling memotret dan bercengkrama.Inilah tempat hang out mereka. Tempat yang cantik. Sepertinya mereka telah lupa akan bencana erupsi Merapi empat tahun silam. Tidak nampak ada ketakutan lagi.





Sekarang saya sudah sampai di desa Selo, Boyolali. Desa ini berada di sisi utara Merapi dan hanya berjarak 4 kilometer dari puncak Merapi. Beberapa pendaki mengawali pendakian ke gunung Merapi melalui desa ini. Selo berada di antara Merbabu dan Merapi. Hamparan alamnya mirip pelana kuda. Selo berada di titik terbawah diapit kedua gunung tersebut. Merapi dari Selo nampak sangat jelas akan tetapi hanya terlihat bagian puncaknya saja karena dibawahnya terdapat gunung Bibi. Keberadaan gunung Bibi menguntungkan masyarakat Selo karena muntahan awan panas akan tertahan oleh gunung Bibi.




Merapi menyajikan keindahan di segenap penjurunya. Namun seperti karakter alam. Merapi bak mata uang logam mempunyai dua sisi yang berbeda. Sisi cantik dan keberkahan bagi masyarakat sekitar namun juga mempunyai sisi yang menakutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar