Traveling sendirian, menginap di penginapan di tengah hutan. Tanpa listrik. Tanpa televisi. Membayangkan hanya mendengar hembusan angin yang menggesekan daun pohon . Keindahan purnama yang menyinari savana dengan sekawanan rusa yang melintas. Merdunya suara kicauan burung. Hanya ada saya dan alam. Hmm, suasana yang berbeda dengan keseharian saya di Yogya.
Wisma Rusa di taman nasional Baluran , Situbondo, jawa timur menjawab keinginan saya. Wisma di tengah hutan. Jarak antara wisma dengan jalan raya 15 kilometer. Listrik yang bersumber dari genset menyala dari jam 5 sore sampai jam 23 malam, selebihnya gelap. Jika tamu ingin listrik menyala sampai pagi maka dikenai tambahan charge 100 ribu rupiah per malam. Tidak ada kantin atau restaurant disini.
Baluran mempunyai beberapa wisma untuk tamu. Wisma Rusa merupakan penginapan berdinding kayu berlantai dua dengan beberapa kamar. Posisinya tepat di depan savana. Tidak jauh dari wisma Rusa, ada wisma Merak dan Banteng yang mirip cottage. Sedangkan di pantai Bama, pantai ini masih satu kawasan dengan taman nasional Baluran, terdapat wisma Kapidada.
Pagi itu, di akhir mei 2014, saya sampai di Baluran. Tujuannya selain mengexplore juga ingin menikmati sensasi menginap sendirian di tengah hutan.
Bekal lengkap untuk menginap sudah saya persiapkan. Mulai dari air mineral, makanan, lampu senter , lotion anti nyamuk dan power bank.
Setelah check in, saya mengexplore savana yang meranggas . Mengamati binatang yang melintas, menikmati gunung Baluran yang sebagian ditutupi kabut. Dan aktivitas memotret. Ngobrol dengan sesama wisatawan. Enjoy karena ini pengalaman pertama saya jalan-jalan di hutan.
Rasa kantuk karena perjalanan semalam dari Yogya membuat saya menghentikan petualangan seru ini. Saya bergegas ke penginapan untuk rebahan tidur ayam sebentar. Saya berharap kembali segar untuk mengexplore .
Tidak ada sepuluh menit tertidur, saya dibangunkan suara ketukan di dinding kamar. " paling juga suara cicak", batin saya sambil kembali mencoba tidur . Akan tetapi suara cicak bertambah kencang. Karena cukup mengganggu, saya mencari sumber suara dan memukul dinding beberapa kali dengan harapan sang cicak pergi.
"Bobo lagi, ah", ucap saya dalam hati karena tidak terdengar lagi suara cicak. Karena terasa gerah , maklum di kamar ini tanpa kipas , saya membuka jendela.
Beberapa menit berhasil tidur. Tapi kembali dibangunkan dengan suara yang sama. Saya terbangun dan diam. Cicak itu rupanya mengajak saya 'bermain'. Dengan perasaan jengkel dan setengah mengantuk, saya keluar dari kamar .
Saya kembali ke savana , kembali memotret. Tapi sebelumnya mampir dulu ke toilet. Dan apa yang saya khawatirkan , sejak pertama tiba dan melihat wisma ini, menjadi kenyataan. Hawa dingin beku di tengkuk juga merinding terasa di area toilet. Pertanda ada ' mahkluk lain' di wisma ini. Tapi , tsaaah ! ..itu kan hal biasa dimana-mana juga ada. " saya 'kan pemberani", saya menghibur diri sendiri.
Mata mengantuk tapi tidak bisa tidur, sungguh membuat jengkel. Akhirnya saya memutuskan duduk santai di depan savana, mengamati wisatawan yang asik memotret.
Sorang wisatawan asal Banyuwangi mengajak saya ke pantai Bama. "Hmmm, kebetulan", batin saya karena air mineral dan roti manis,yang sedianya untuk bekal dicopet seekor monyet. Di pantai Bama, saya akan membeli makanan juga air mineral. " Berani benar, sampeyan menginap sendirian di hutan " kata teman baru saya itu.
Jam di tangan saya menunjukkan jam 3 sore, saya bergegas sholat ashar. Hati saya ciut untuk mengambil air wudhu di pancuran di dekat mushola.Hal ini diperparah dengan kedatangan seekor monyet yang datang melintas dengan cepat sambil bersuara gaduh. Saya dibuat kaget dengan adegan monyet tersebut.
Menjelang maghrib, hari mulai gelap. lampu di wisma Rusa mulai dinyalakan. Petugas di wisma Rusa menyapa saya dan kembali menjelaskan tentang pasokan listrik yang hanya tersedia sampai jam 23.00 malam. Sambil memberitahukan ke saya, bahwa saya menginap sendirian malam ini. Sejak awal, saya tau bahwa saya akan sendiri di wisma ini tapi perasaan takut telah berhasil menyergap saya. "Waduh, bakal ada adegan apalagi di wisma Rusa. suara cicak, bulu kuduk yang menggigil atau ada adegan horor", pikir saya.
Akhirnya, saya menelpon ojek, yang tadi pagi mengantar saya untuk dijemput.Saya batal tidur di tengah hutan.
Segelas milo panas dan badan yang segar setelah mandi membuat tidur saya nyenyak. Akhirnya saya menginap di Forest Ranger home stay yang berjarak 200 meter dari Baluran. Esoknya , saya kembali ke Baluran, kembali mengexplore. Kembali menuntaskan beberapa lokasi di Baluran yang belum terexplore kemarin.
Di tengah padang savana Baluran, saya menatap wisma rusa dan memotretnya. Memang belum terbukti wisma Rusa itu berhantu karena saya belum ketemu hantu di wisma Rusa . Ketakutan saya telah memupuskan keinginan untuk menikmati romantisme menginap di hutan. Tsaaaahh !!! . Dan wisma ini pula yang membuat saya harus melepas label "pemberani", yang saya sematkan untuk diri saya.
mbak mau tanya ada kontak wisma rusa baluran gak ?
BalasHapus